Aku terbangun dengan mata sembab. Semalaman menangisi orang biadab yang tidak tau disayang. Dia adalah Gerald. Aku sudah 1 tahun bersamanya. Awalnya aku menerima dia bukan karena hatiku yang memilihnya. Tapi otakku yang menyuruhnya berdasarkan apa-apa yang telah ia lakukan padaku di awal mendekatiku. Ia begitu baik dan tak henti-hentinya berusaha mengetuk pintu hatiku. Membuatku tertawa walau aku begitu bengis padanya di awal. Tapi sekarang? Ia justru sebaliknya. Aku selalu dibuatnya menangis. Semua kata-katanya sungguh menyakitkan. Namun aku masih bersabar atas segala perilakunya padaku. Kita berhubungan LDR. Dia berubah? Ya, berubah 180 derajat sejak ia aktif berorganisasi. FYI, aku dan Gerald berhubungan jarak jauh. Atau biasa kalian sebut LDR. Sejak aku memutuskan untuk mengambil beasiswa di Auckland itulah Gerald menjadi susah dihubungi. Alasannya selalu saja. Rapat, rapat dan rapat. Semakin hari semakin jarang mengabariku, semakin hari semakin banyak main sama teman-temann
MERCI. A BIENTOT. ƪ(ˆ▽ˆ)ʃ