Langsung ke konten utama

Bintang hanya untuk Bulan

           Jatuh cinta memang indah. Tapi dengannya, aku memutuskan untuk membangun cinta. Hari itu, aku pertama kali bertemu dengannya usai berkenalan melalui daring WhatsApp melalui salah seorang teman kami. Tak kusangka aku langsung jatuh hati saat pertama kali menatap matanya. Tampak dingin, namun bersahaja. Melalui genggaman tangannya saat hujan dan hembusan angin dingin yang menyergapku, aku mampu merasakan getaran yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Nyaman. Damai. Tenteram. Dan Indah. Sorot matanya menatapku tajam, namun menyejukkan. Dingin yang kurasa kala itu seketika hilang dan berubah menjadi hangat. Tubuhnya selalu hangat meski ia bersikap dingin. Ia mendekatkan tubuhnya untuk menghangatkanku dan menggenggam lembut jemariku. Dan sejak saat itulah aku merasakan hati dan debaran jantungnya. Sejak itu pula aku menempatkan ia dalam hatiku. Dan aku merasa ialah belahan jiwa yang aku cari sepanjang perjalanan kehidupanku.            

           Singkat cerita, kami semakin dekat dan semakin dekat hingga tiba saat pertemuan selanjutnya yaitu di hari akhir tahun 2017. Kami melewati malam pergantian tahun bersama-sama dengan 2 teman kami lainnya. Malam itu, di balkon kamar kosku, ia menyatakan perasaannya padaku. Suatu momen yang tidak pernah aku sangka akan terjadi karena ia sangat cuek dan dingin, siapa yang mengira ia bakal memiliki perasaan terhadapku? Ia berkata “Aku sayang sama kamu. Tapi aku ngga mau pacaran. Soalnya kalo pacaran nanti ada kata-kata pisah” begitu manis dan saat itu juga kami berkomitmen untuk saling menyayangi. Asumsiku saat itu adalah bahwa masalah apapun nanti yang akan aku hadapi dengannya, tidak akan menyebabkan kami berpisah. Mendengar bahwa pada hubungan sebelumnya ia pernah menjalin cinta selama 4tahun membuatku yakin bahwa bersamanya aku akan mampu langgeng sampai menikah dan memperbaiki apa yang salah dan menjadi penyebab gagalnya hubungan sebelumnya.

            Pertemuanku dan dia tidak seperti pasangan pada umumnya yang dekat. Kami terhalang oleh jarak dan waktu tempuh untuk sekali bertemu sekitar 2,5jam. Cukup jauh bukan. Beda kota membuat rasa rindu semakin menggebu-gebu dan tak khayal pertemuan adalah suatu yang selalu dinanti-nanti. Sebulan sekali kami bertemu. Itupun kalau ada jadwal kosong. Terkadang banyak lembur yang menghalangi pertemuan kami. Jarak mengajarkanku untuk bersabar dan mengerti keadaan.

            1,5 tahun menjalin hubungan dengannya, suka duka, tawa canda, susah senang sudah kami lewati bersama-sama hingga sampailah pada titik dimana api menyulut dan menghancurkan hubungan kami. Kami saling mengedepankan ego tanpa memahami masing-masing. Aku tidak pernah menyangka bahwa satu kesalahanku mampu membutakannya dari segala cinta yang sudah kami jaga dan pupuk 1,5tahun lamanya. Aku tidak menduakannya. Kesalahanku adalah tidak berpikir panjang. Aku selalu berpikir simpelnya. Dia memiliki privasi yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Termasuk aku. Dan tindakan konyol yang aku lakukan adalah menerobos privasinya. Aku tak pernah menyangka ia akan semarah itu hingga memilih untuk mengakhiri hubungan. Padahal tindakan yang kulakukan tidak pernah memiliki maksud untuk berbuat yang tidak-tidak. Aku hanya tidak ingin mengganggu tidurnya. Dan karena ada promo kurasa akan lebih berhemat. Pikirku hanya sebatas itu. Namun ia berpikir lain. Pikirnya aku telah nekat melakukannya.

            Sebulan aku berusaha menjelaskan kesalahpahamannya tentang tindakanku. Namun ia tetap bersikeukeuh dengan keyakinannya. Bahwa bersamaku adalah suatu kesalahan. Demi Tuhan aku hancur. Selama sebulan lebih aku dirundung tangis dan hati yang sakit atas kepergiannya. Aku menganggapnya anugerah terindah, namun ternyata ia menganggap sebaliknya. Aku hancur sehancur-hancurnya. Hatiku serasa kosong tak berjiwa. Mengapa? Karena separuh jiwaku sirna. Ia memutuskan melalui pesan singkat. Aku benar-benar tidak mengerti dengan situasi ini. Bagaimana mungkin. Alasan yang ia gunakan sungguh tidak masuk akal dan logikaku. Karena aku melakukannya tanpa ada maksut jahat untuk hidupnya.

            Kami tak lagi bertegur sapa. Meski aku selalu mencoba. Ia tetap memilih untuk diam membisu. Ia memilih untuk masing-masing. Dan ia tampak baik-baik saja dengan perpisahan ini. Sementara aku hancur lebur. Berjuang bersama membuatku lebih semangat dalam menjalani kehidupan ketimbang berjuang sendiri. Namun apa boleh buat , ia memutuskan jalan masing-masing seperti ini.

            3 tahun berlalu. Aku telah lulus kuliah dan memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku dan bekerja sebagai ASN di Kantor Kejaksaan daerah. Aku masih sendiri dan masih menantinya. 3 tahun berlalu dan aku masih mengharapkannya. Walau kami sudah tak saling bertegur sapa. Sejak saat ia mengabaikanku, aku memilih untuk tidak lagi muncul di sosial media. Dan selama 3 tahun itu aku sama sekali tidak tau menau kabar tentangnya. Hingga suatu ketika aku mendapatkan undangan pernikahan temanku yang juga temannya saat di perantauan, aku memutuskan untuk menghadiri acara tersebut. Siapa sangka, aku berpapasan dengannya. Ia yang sangat aku rindukan. Hatiku masih berdebar-debar melihatnya. Aku memalingkan muka menghadap ke deretan prasmanan. Ia mendekat dan menyapaku. Ku atur nafas dan mendongak. Ya dia memang bintangku dan selalu bersinar setiap aku menatapnya.

            Ia mengajakku untuk menuntaskan masalah yang lalu. Ia menceritakan bagaimana kehidupannya selama 3 tahun. Dan ia mengatakan merindukanku. Ia telah mencoba untuk bersama dengan wanita lain dan ternyata tidak ada yang senyaman saat bersamaku. Aku jual mahal mengingat apa yang ia lakukan padaku 3tahun lalu. Ia mengabaikanku. Kini aku tidak mengabaikannya, aku memberinya kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami yang telah hancur. Kini aku percaya bahwa harapan dan doa yang kupanjatkan selama ini di dengar oleh Allah dan bahwa apa yang ia katakan padaku “Kalau jodoh pasti bakal balik, Bulan”. Semoga saja kali ini tidak ada perpisahan lagi diantara kita karena kita telah dewasa dan matang saat ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku : SADAR KAYA By Bossman Mardigu (Die Hard Entrepreneur)

  Hallo readers blogger! Long time no see you all!!! I COME BACKKKKKK. Kali ini aku kembali ke blog dengan sesuatu yang baru dan menyegarkan di tahun 2020. Sebelum-sebelumnya mungkin yang kalian lihat di arsipku isinya adalah postingan tentang cerpen-cerpen cinta. Sekarang aku hadir dengan sedikit berbeda. Yang bakal aku ulas disini adalah BUKU tentang Entrepreneur dari salah satu pengusaha sekaligus pakar geopolitik dan terrorisme, MARDIGU WOWIEK PRASANTYO.                 Bapak Mardigu ini menjadi banyak dicari di Google sejak kemunculannya dalam podcast Deddy Corbuzier yang membicarakan topik mengenai Covid-19 yang disebutnya sebagai sebuah konspirasi antara negara China dengan Amerika. Ia memiliki julukan Bossman Sontoloyo karena gaya berpikirnya yang dianggap ‘ nyeleneh ’. Selain sering mengomentari pemerintah, Pak Bossman ini juga menuliskan beberapa buku berdasarkan keilmuan yang ia miliki. Diantara...

What do you think about depression?

 Undeniable. Nobody never gets stressful or depressed for something. Stressed and depressed often happen to face current craziest world! This situation could emerge anybody without permission. Hard situation might be revealed these circumstances. And it’s being more complex when ones have no clue to resolve their firmness’s. You can imagine the situation where you are walking in a forest. You are alone, there is no people around you, then suddenly, BAAM! You tripped and fell down in a well where wasn’t clearly marked, and you fall sixty feet down this well. Your leg has broken, and there is a heavy rock on top of it. You can’t move and you are in a sake of pain, and all you can see is a little bit of light sixty feet above you, which you can’t reach it out. There is no ladder to climb back up, so you just stuck down this well alone. Then you only have two options. You can wait in pain for your broken leg to heal by itself, chip away at the rock, and then climb up the well with yo...